Rabu, 02 Agustus 2017

Gadis Pemantik Api


Mendung bergelayut menghiasi langit sore ini. Perlahan menurunkan rintikan hujan yang cukup membuat siapapun yang menerjangnya basah kuyub. Halte bus yang biasanya ramai kini hanya beberapa orang saja yang ada disana. Sekedar berteduh dari hujan yang kian menderas.

Lelaki itu, lelaki penunggu hujan, salah satunya yang berada di halte tersebut. Berteduh seperti kebanyakan orang. Tapi, bukan itu sebenarnya tujuannya. Dia sedang menunggu. Bukan hujan reda yang dia tunggu, tapi seseorang yang beberapa hujan yang lalu berhasil membuatnya selalu kembali ke tempat itu.

Dia menyebutnya Gadis Pemantik Api. Seorang gadis yang tiba-tiba menyalakan korek api kemudian menyerahkan padanya kala hujan waktu itu.

“Mungkin ini bisa membantu menghangatkan tubuhmu agar tidak kedinginan seperti itu.” Gadis itu tersenyum setelah menyerahkan korek apinya. Kemudian berjalan meninggalkan lelaki itu sebelum sempat mengucapkan terimakasih.

Tidak tahu kemana perginya si gadis. Beberapa kali hujan datang, lelaki itu mencari, tetap saja tidak ditemukannya. Seperti saat ini. Lelaki itu kembali menunggu di tempat pertama kalinya mereka bertemu. Sampai hujan reda gadis itu tidak muncul juga. Lelaki itu tersenyum merutuki dirinya sendiri. Harapan yang sia-sia menurutnya. Tapi, api kerinduan menyeruak begitu saja, menuntun lelaki itu melakukan sesuatu.

Maka, dengan sedikit harapan yang masih tersulut api di hatinya, lelaki itu memantik korek api di genggamannya. Nyalanya terang, meskipun tak seterang hatinya saat ini. Cahanyanya cukup untuk menghangatkan tubuh yang kedinginan akibat terpaan angin. Tapi tidak menghangatkan hatinya.

Api yang menari-nari di hadapannya mengingatkan kenangan sesaat bersama gadis itu. Pemilik korek api yang perlahan menyulutkan api harapan di hatinya. Bersama hangatnya, perlahan lelaki itu merapalkan doa dan harapan. Kemudian dia tersenyum meskipun dipaksakan. Dalam benaknya, gadisnya tak akan datang.

Diapun beranjak. Korek api yang tadinya menyala ditiupnya hingga tak ada lagi cahaya yang tersisa. Tak ada lagi kehangatan yang menjalar di buku-buku tangannya. Dinginpun kembali mendera.

“Bawalah, kau lebih membutuhkannya. Korek itu bisa sebagai penerang dan juga penghangat tubuhmu. Sampai bertemu kembali.” Langkah lelaki itu terhenti ketika dia melihat sosok di hadapannya. Ya, si gadis pemantik api. Baru saja gadis itu melakukan hal yang sama pada anak kecil yang baru saja beranjak meninggalkan gadis itu.

Dan, ketika gadis itu tersenyum padanya, binar mata lelaki itu mengobarkan harapan yang tadinya hampir sirna seiring padamnya api dari korek yang sempat dinyalakannya. Perasaannya kembali menghangat. Gadis yang ditunggunya sekarang ada bersamanya.

Pun dengan gadis itu. Jantungnya berdegup tak beraturan. Perasaan hangat menjalar di hatinya. Seperti hangatnya api yang selalu dinyalakan dan diberikannya pada orang yang lebih membutuhkan kala hujan menyapa.

pict by pinterest

#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid7
#day28
#squad2
#api
#gadispemantikapi
#hujan
#lelakihujan