Angin.
Mendengar namanya sudah tidak asing lagi bagiku, bagimu dan mungkin bagi kita
semua. Kita, sebut saja aku dan kamu dan semuanya, mampu merasakannya.
Merasakan hembusan angin yang terkadang perlahan, tekadang tak terkira.
Terkadang bersahabat, terkadang sedikit memberikan ancaman.
Ketika
dia datang dengan ketidak-teraturannya, orang menyebutnya turbulensi,
berputar-putar tak beraturan. Menerbangkan semua yang diinginkan begitu saja.
Membawanya serta kemudian menjatuhkan di tempat yang tak terduga. Angin bisa
saja menjelma menjadi ombak di lautan lepas. Bergulung-gulung, bergerak cepat
seperti orang yang sedang berlomba lari, kemudian menghantam karang meciptakan
percikan-percikan kecil seperti titik-titik air hujan.
Namun
tak jarang angin membawa kedamaian. Hembusannya yang teratur mampu menciptakan
alunan melodi alam yang menenangkan. Dia yang membuat pohon menjelma menjadi
pemain musik. Hembusannya menerpa daun-daun kecil. Menimbulkan gesekan antar
daun, menciptakan melodi yang indah. Dia pula yang membuat daun dan ranting bergoyang
bak penari mengikuti alunan melodi.
Kamu
tahu, terkadang aku ingin menjadi seperti angin. Berhembus pelan menyapa
bunga-bunga. Mengajak serbuknya terbang untuk kemudian dibawanya ke tempat
seharusnya berada. Membantu tumbuhan dalam proses penyerbukan. Memberinya
tiupan nafas kehidupan. Kurasa itu sangatlah menyenangkan.
Kamu
tahu, terkadang aku ingin menjadi seperti angin. Beterbangan di lautan lepas, membantu
para nelayan mencari ikan. Memberikan manfaat bagi makhluk ciptaan Tuhan. Walaupun
tak jarang ia dibenci tapi tetap saja tak peduli. Dia tetap berhembus, meskipun
terkadang ombak menggerus.
Bagiku,
entah sejak kapan, ada rasa tersendiri ketika dia mulai menerpa. Aku tidak tahu
rasa apa pastinya. Yang aku tahu, dia selalu berhasil membuatku nyaman
sekaligus berdebar-debar. Mungkin karena angin selalu berhasil membawa angan
tentangmu. Membisikkan cerita tentangmu padaku. Dan, ketika itu terjadi,
imajiku mulai bermain. Melambungkan angan bahwa kamu ada disini.
Percayalah,
aku hanya rindu. Bukankah kamu tahu itu? Sebab, aku menitipkan rinduku untukmu
lewat angin yang berhembus perlahan. Entah sejak kapan aku percaya padanya. Entah
sejak kapan aku mulai rajin membiarkan rinduku terbang bersamanya. Dan aku rasa
angin telah menyampaikannya padamu.
Terkadang
sempat terpikir olehku. Kenapa tidak aku saja yang menjadi angin? Agar tak
perlu menitipkan rindu untukmu. Cukup datang sendiri dan mengatakan bahwa ‘aku
merindukanmu’. Tapi itu tidak mungkin. Aku bukanlah angin yang dengan berani menerbangkan
apapun yang dijumpainya, termasuk rindu. Aku hanyalah seorang gadis biasa yang
memercayakan rindunya terbang bersama angin. Percaya, bahwa angin akan
menyampaikan rindu itu pada tujuan pemiliknya. Dan itu, padamu.
31 Juli 2107
Pict by Pinterest
#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid7
#30dwc
#day26
#squad2
#angin
#tentangrindu
#belajarnulis