Sabtu, 29 Juli 2017

Peri Air Terjun Pelangi


Suatu hari, seorang gadis kecil bermain di sekitar hutan bersama kawan-kawannya. Mereka bermain petak umpet. Permainan yang paling umum dilakukan anak-anak. Saat salah satu kawannya mendapat giliran jaga, gadis kecil itu berlari mencari tempat persembunyian. Dia berlari ke tengah hutan. Padahal hutan itu jarang dijamah manusia. Kabarnya, manusia yang masuk kesana tidak akan pernah kembali, sehingga manusia takut memasuki hutan itu.
Berbeda dengan gadis kecil itu. Tak ada rasa takut dan khawatir yang menderanya. Harapannya hanya satu, temannya tak akan mudah menemukannya. Hingga, tanpa sadar sampailah dia di sebuah air terjun yang indah di tengah hutan. Air terjun itu memancarkan warna-warni.
“Waaah…bagus sekali air terjun ini. Seperti Pelangi.” Ucapnya takjub. Kemudian dia berjalan mendekat, melewati bebatuan besar berusaha mencapai air terjun itu. Tak henti-hentinya rasa takjub dan senang mendera hatinya. Sempat terlintas dipikirannya, kenapa orang-orang selalu melarangnya memasuki hutan. Padahal di dalamnya ada keindahan tersembunyi.
Setelah melewati beberapa bebatuan, gadis itu duduk di salah satunya. Wajahnya menengadah, matanya terpejam. Menikmati percikan-percikan air yang menyejukkan. Sudut bibirnya menggoreskan senyum.
“Tuhan, tempat ini indah sekali. Kenapa orang-orang tak ada yang berani kesini?” celetuknya.
“Kau suka berada di tempat ini?” sebuah suara mengagetkannya. Gadis kecil itu lantas membuka mata, mencari sumber suara. Tapi tak kunjung ditemukan pemilik suara itu. “Kau mencariku?” suara lembut itu terdengar lagi. “Tersenyumlah, maka kau akan menemukanku.” Lanjutnya.
Awalnya gadis itu ragu, tapi kemudian menuruti perintah pemilik suara lembut. Dia tersenyum
“Kau manis saat tersenyum seperti itu.” Pemilik suara itu muncul tepat di hadapan gadis itu.
“Kau siapa? Kenapa kau cantik sekali?” tanya gadis itu.
“Aku Airy, Peri Air yang bertugas menjaga air terjun ini dari tangan-tangan jahat manusia. Karena air adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya.” Balas pemilik suara sambil mengepak-kepakkan sayapnya. “Kau?” tanyanya pada gadis kecil itu.
“Aku Jingga.” Balas gadis kecil itu.
“Kau pasti gadis berhati tulus?” ucap Airy.
“Maksudnya?” Jingga tak mengerti.
“Karena hanya orang-orang berhati tulus yang bisa menemukan tempat ini. Dan juga akan pulang dengan selamat. Kau tidak takut padaku kan?” tanya Airy.
“Kenapa harus takut? Kau dan aku sama-sama makhluk ciptaan Tuhan bukan? Jadi kenapa aku harus takut?” tanya Jingga. Airy tersenyum.
“Kalau begitu mari kita bermain bersama.” Ajak Airy. Jingga menyetujuinya.
Mereka bermain bersama. Airy yang tadinya terbang bagai kupu-kupu kini berubah seperti ikan di air. Sayapnya yang indah digantikan ekor berwarna-warni. Ada tawa bahagia disana. Ini pertama kalinya ada manusia bisa sampai air terjun itu.
Tak terasa hari sudah mulai teduh. Pertanda beberapa waktu lagi senja akan menghiasi cakrawala.
“Airy, aku harus pulang.” Ucap Jingga.
“Pulanglah. Orang-orang di rumahmu pasti akan mencarimu. Tapi, kau harus janji, jangan menceritakan apapun tentang aku.” Ucap Airy.
“Aku janji. Tapi bolehkah aku datang kembali kesini?” tanya Jingga.
“Tentu saja. Sekarang pejamkan matamu.” Jingga menuruti perintah Airy. “Sampai bertemu kembali Jingga.” Ucap Airy.
Jingga membuka matanya perlahan. Dia tersenyum, yang dilihatnya saat ini bukan lagi tempat Airy. Tapi kamarnya yang nyaman dihiasi semburat warna jingga di cakrawala yang mengintip melewati jendela.
*END*

pict by google.com
29juli2017
#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid7
#day24
#squad2
#periair
#dongeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar