Suatu hari, seorang gadis kecil bermain di
sekitar hutan bersama kawan-kawannya. Mereka bermain petak umpet. Permainan yang
paling umum dilakukan anak-anak. Saat salah satu kawannya mendapat giliran
jaga, gadis kecil itu berlari mencari tempat persembunyian. Dia berlari ke
tengah hutan. Padahal hutan itu jarang dijamah manusia. Kabarnya, manusia yang
masuk kesana tidak akan pernah kembali, sehingga manusia takut memasuki hutan
itu.
Berbeda dengan gadis kecil itu. Tak ada rasa takut dan khawatir yang
menderanya. Harapannya hanya satu, temannya tak akan mudah menemukannya. Hingga,
tanpa sadar sampailah dia di sebuah air terjun yang indah di tengah hutan. Air
terjun itu memancarkan warna-warni.
“Waaah…bagus sekali air terjun ini. Seperti Pelangi.”
Ucapnya takjub. Kemudian dia berjalan mendekat, melewati bebatuan besar
berusaha mencapai air terjun itu. Tak henti-hentinya rasa takjub dan senang
mendera hatinya. Sempat terlintas dipikirannya, kenapa orang-orang selalu
melarangnya memasuki hutan. Padahal di dalamnya ada keindahan tersembunyi.
Setelah melewati beberapa bebatuan, gadis itu
duduk di salah satunya. Wajahnya menengadah, matanya terpejam. Menikmati percikan-percikan
air yang menyejukkan. Sudut bibirnya menggoreskan senyum.
“Tuhan, tempat ini indah sekali. Kenapa orang-orang
tak ada yang berani kesini?” celetuknya.
“Kau suka berada di tempat ini?” sebuah suara
mengagetkannya. Gadis kecil itu lantas membuka mata, mencari sumber suara. Tapi
tak kunjung ditemukan pemilik suara itu. “Kau mencariku?” suara lembut itu
terdengar lagi. “Tersenyumlah, maka kau akan menemukanku.” Lanjutnya.
Awalnya gadis itu ragu, tapi kemudian
menuruti perintah pemilik suara lembut. Dia tersenyum
“Kau manis saat tersenyum seperti itu.” Pemilik
suara itu muncul tepat di hadapan gadis itu.
“Kau siapa? Kenapa kau cantik sekali?” tanya
gadis itu.
“Aku Airy, Peri Air yang bertugas menjaga air
terjun ini dari tangan-tangan jahat manusia. Karena
air adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya.” Balas pemilik suara sambil
mengepak-kepakkan sayapnya. “Kau?” tanyanya pada gadis kecil itu.
“Aku Jingga.” Balas gadis kecil itu.
“Kau pasti gadis berhati tulus?” ucap Airy.
“Maksudnya?” Jingga tak mengerti.
“Karena hanya orang-orang berhati tulus yang
bisa menemukan tempat ini. Dan juga akan pulang dengan selamat. Kau
tidak takut padaku kan?” tanya Airy.
“Kenapa harus takut? Kau dan aku sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan bukan? Jadi kenapa aku harus takut?” tanya Jingga. Airy tersenyum.
“Kalau begitu mari kita bermain bersama.” Ajak
Airy. Jingga menyetujuinya.
Mereka bermain bersama. Airy yang tadinya
terbang bagai kupu-kupu kini berubah seperti ikan di air. Sayapnya yang indah
digantikan ekor berwarna-warni. Ada tawa bahagia disana. Ini pertama kalinya
ada manusia bisa sampai air terjun itu.
Tak terasa hari sudah mulai teduh. Pertanda beberapa
waktu lagi senja akan menghiasi cakrawala.
“Airy, aku harus pulang.” Ucap Jingga.
“Pulanglah. Orang-orang di rumahmu pasti akan
mencarimu. Tapi, kau harus janji, jangan menceritakan apapun tentang aku.” Ucap
Airy.
“Aku janji. Tapi bolehkah aku datang kembali
kesini?” tanya Jingga.
“Tentu saja. Sekarang pejamkan matamu.” Jingga
menuruti perintah Airy. “Sampai bertemu kembali Jingga.” Ucap Airy.
Jingga membuka matanya perlahan. Dia tersenyum,
yang dilihatnya saat ini bukan lagi tempat Airy. Tapi kamarnya yang nyaman
dihiasi semburat warna jingga di cakrawala yang mengintip melewati jendela.
*END*
pict by google.com
29juli2017
#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid7
#day24
#squad2
#periair
#dongeng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar