Sabtu, 16 September 2017

Alquran untuk Riva



Seorang gadis berpawakan tomboy itu aku kenal beberapa tahun yang lalu. Namanya Riva. Salah satu teman satu kost beda kamar denganku. Aku dan dia terpaut beberapa tahun. Kami sama-sama dari rantau, menuntut ilmu di salah satu Universitas Pendidikan yang ada di Indonesia. Tepatnya di kota kembang. Jenjang pendidikan yang kami tempuh di kota ini pun berbeda, meskipun kami sama-sama mahasiswa baru.
Dia keturunan Karo, sedangkan aku Jawa tulen. Kepercayaan kami juga berbeda. Dia seorang Katolik yang rajin ke Gereja. Sedangkan aku Islam. Tapi meskipun berbeda, kami bersikap biasa saja. Saling menghargai dan menghormati. Kami sering berdiskusi tentang kepercayaan kami masing-masing. Termasuk isi kitab suci kami. Dan meskipun berbeda, kami sering bercerita bersama.
“Ini Alkitab?” buku bersampul hitam yang kutemukan di meja belajar Riva itu menarik perhatianku.
“Iya Kak, kalau punya kakak Alquran kan?” aku mengangguk kemudian meraih buku yang bertuliskan Alkitab di sampulnya itu.
“Boleh dibaca kan ya?” Riva mengangguk. “Harus wudlu dulu nggak sih?” lanjutku setengah bercanda. Kemudian kami tertawa.
“Kakak mau baca?” tanyanya meyakinkan. Aku mengangguk.
“Deutrokanonika. Apa artinya?” tanyaku setelah membaca tulisan yang berada di bawah Alkitab.
“Itu istilah yang digunakan pada abad ke 16 di Gereja Kristen Roma, Kak. termasuk dalam kitab perjanjian lama.” Penjelasan Riva membuatku semakin penasaran.
“Memangnya ada perjanjian baru?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Jika aku ceritakan sekarang, akan panjang sekali, Kak.” balasnya. Sebenarnya aku tertarik untuk mendengarkan, tapi berhubung waktu sudah hampir maghrib, mungkin lain kali. “Kak mau sholat?” aku mengangguk. “Boleh aku ikut?” tanyanya. Aku memicingkan mata. “Aku pengin dengar Kakak baca Alquran.” Lanjutnya dengan mata berbinar.
“Tapi bacaanku tak begitu lancar.” Balasku.
“Kakak bohong ih. Aku sering dengar kakak mengaji setelah sholat. Dan tahu nggak sih Kak, dengar orang mengaji tuh rasanya adem di hati.” Lanjutnya. Aku terharu mendengarnya.
“Baiklah.” Aku memutuskan. Diapun mengikutiku ke kamar.
Sejak saat itu, kami menjadi lebih sering bertukar cerita tentang kepercayaan kami masing-masing. Terutama tentang ajaran agama yang tertulis dalam kitab suci kami. Dalam Alquran, umat islam tidak boleh menyembah berhala. Begitupun dalam Alkitab. Ajaran agama yang ditulis dalam kitab suci pada intinya mengajarkan kebaikan. Hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda.
“Kak, kenapa kakak antusias sekali saat aku bercerita tentang isi kitab suciku?” tanya Riva suatu hari. “Memangnya dalam islam boleh mempelajari kitab suci agama lain? Nanti dimarahi Allah lagi.” lanjutnya.
“Aku hanya ingin tahu Riva. Tidak lebih dari itu. Allah tahu niatku. Yang penting, aku tetap pada ajaran agamaku yang ditulis dalam Alquran.” Balasku. Kami tersenyum. Setelah itu dia tidak pernah menanyakan hal itu lagi. Hingga aku lulus dua tahun kemudian.
“Riva, aku punya hadiah buat kamu.” Ucapku berbinar sambil menyerahkan hadiah yang ada di tanganku.
“Ini kan Alquran terjemahan, terima kasih ya Kak.” ucapnya berkaca-kaca.
“Aku tahu kita berbeda. Tapi Tuhan kita satu kan? Hanya cara penyampaian ajarannya saja yang berbeda.” Balasku. “Dan mungkin suatu hari nanti Alquran ini bermanfaat buat kamu.” Dia memelukku. Ada haru disana, sekaligus damai yang menjalar di hati kami, sebelum pada akhirnya kami berpisah.

Pict by google.com

#30dwc #30dwcjilid8 #squad2 #day21 #kitab #alquran #cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar