Rabu, 13 September 2017

Pelukis Mimpi




Artis. Mendengar namanya saja pasti sudah memersepsikan bahwa ini adalah salah satu profesi yang paling banyak digemari manusia. Bermain dalam seni peran sesuai dengan skenario yang telah ditentukan. Selain pemain peran, pelukis juga disebut artis, karena mereka merupakan seniman atau seniwati.
Seperti dia, lelaki bermata almond dengan tatapan teduh itu gemar menghabiskan waktunya di depan kanvas untuk menciptakan lukisan yang sesuai dengan suasana hatinya. Ya, dia seorang pelukis muda yang lukisannya pernah diikutkan pameran di Istana Negara.
Di sebuah halaman belakang rumah, menjelang pergantian sore menjadi malam, lelaki dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek berbahan denim sedang asyik menggoreskan kuas di atas kanvas. Di sampingnya, gadis bermata hitam yang sudah bersahabat sejak kecil dengannya sedang asyik mengamati dan memilah foto-foto yang berhasil diabadikan lensa kameranya.
Ya, Lelaki berhidung mancung itu sedang bermain warna. Menciptakan lukisan yang sesuai dengan imajinasinya. Bercerita tentang apa saja yang dirasakannya melalui lukisan. Baginya, lukisan adalah salah satu karya seni dengan artistik yang tinggi jika diciptakan dengan hati.
“Mengapa kamu memilih melukis? Bukan seni yang lain saja. Bermain peran misalnya?” gadis berlesung pipit di kedua pipinya itu tiba-tiba bertanya.
“Aku sudah bermain peran dalam skenario yang Tuhan ciptakan.” Senyum simpul menghiasi sudut bibir lelaki itu.
“Seseorang pasti memiliki alasan dalam memilih sesuatu, termasuk pekerjaan. Dan kamu, apa alasan kamu memilih menjadi pelukis seperti sekarang?” gadis itu mencecarnya lagi. Sebenarnya pertanyaan seperti itu seringkali ditanyakan, namun belum juga mendapatkan jawaban yang sesuai menurutnya.
“Karena melalui lukisan aku bisa menyampaikan apa yang aku rasa.” Jawabnya tanpa menoleh sedikitpun pada gadis di sebelahnya. Jari tangannya masih asyik menari di atas kanvas.
“Hanya itu saja?” gadis itu kembali bertanya, berharap pertanyaannya membuat sahabat di sebelahnya itu mengalihkan pandangan ke arahnya meskipun hanya sebentar. Lelaki bertubuh tinggi itu mengangguk tanpa menoleh. Suasana kembali hening. Keduanya memilih menekuri kesibukannya masing-masing. Yang satu melukis sedangkan satu lagi mengamati dan memilah foto-foto yang berhasil ditangkap lensa kameranya.
Beberapa menit kemudian lukisan itu berhasil diselesaikan bersamaan dengan adzan maghrib. Lelaki itu bergegas membereskan semua peralatannya. Kemudian dia menghampiri sahabatnya sebelum menjalankan ibadah sholat maghrib.
“Buat kamu.” Diulurkannya lukisan itu pada sahabatnya. Gadis itu mengerutkan dahinya. “Ambil.” Lanjut lelaki itu. Si gadis menerimanya dengan wajah bingung. “Disini kamu akan tahu alasanku melukis.” Pernyataan lelaki itu membuatnya bingung sekali lagi.
“Maksudnya?” gadis itu menuntut penjelasan.
“Di lukisan itu, aku melukis mimpiku.” Ucapnya kemudian tersenyum.
“Aku tidak mengerti.” Balas gadis itu.
“Semua lukisan yang aku buat, bercerita tentang mimpiku. Dan lukisan yang aku berikan untukmu ini salah satu mimpi yang ingin aku wujudkan.” Sorot mata lelaki itu menunjukkan kesungguhan. “Lihatlah dengan hati, pasti kamu akan mengerti maksudku.” Lanjut lelaki itu.
Gadis itu mencermati lukisan di tangannya. Dalam kanvas itu terlukis kamera dan kanvas. Sesaat kemudian gadis itu tersenyum. Dia mengerti maksud sahabatnya. Kamera dan kanvas adalah gambaran mereka berdua.

#30dwc #30dwcjilid8 #squad2 #day18 #pelukismimpi #artis #seniman #cerpen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar