Artis. Mendengar namanya saja pasti sudah
memersepsikan bahwa ini adalah salah satu profesi yang paling banyak digemari
manusia. Bermain dalam seni peran sesuai dengan skenario yang telah ditentukan.
Selain pemain peran, pelukis juga disebut artis, karena mereka merupakan
seniman atau seniwati.
Seperti dia, lelaki bermata almond dengan
tatapan teduh itu gemar menghabiskan waktunya di depan kanvas untuk menciptakan
lukisan yang sesuai dengan suasana hatinya. Ya, dia seorang pelukis muda yang
lukisannya pernah diikutkan pameran di Istana Negara.
Di sebuah halaman belakang rumah, menjelang
pergantian sore menjadi malam, lelaki dengan kaos oblong berwarna hitam dan
celana pendek berbahan denim sedang asyik menggoreskan kuas di atas kanvas. Di sampingnya,
gadis bermata hitam yang sudah bersahabat sejak kecil dengannya sedang asyik
mengamati dan memilah foto-foto yang berhasil diabadikan lensa kameranya.
Ya, Lelaki berhidung mancung itu sedang
bermain warna. Menciptakan lukisan yang sesuai dengan imajinasinya. Bercerita tentang
apa saja yang dirasakannya melalui lukisan. Baginya, lukisan adalah salah satu
karya seni dengan artistik yang tinggi jika diciptakan dengan hati.
“Mengapa kamu memilih melukis? Bukan seni
yang lain saja. Bermain peran misalnya?” gadis berlesung pipit di kedua pipinya
itu tiba-tiba bertanya.
“Aku sudah bermain peran dalam skenario yang
Tuhan ciptakan.” Senyum simpul menghiasi sudut bibir lelaki itu.
“Seseorang pasti memiliki alasan dalam
memilih sesuatu, termasuk pekerjaan. Dan kamu, apa alasan kamu memilih menjadi pelukis
seperti sekarang?” gadis itu mencecarnya lagi. Sebenarnya pertanyaan seperti
itu seringkali ditanyakan, namun belum juga mendapatkan jawaban yang sesuai
menurutnya.
“Karena melalui lukisan aku bisa menyampaikan
apa yang aku rasa.” Jawabnya tanpa menoleh sedikitpun pada gadis di sebelahnya.
Jari tangannya masih asyik menari di atas kanvas.
“Hanya itu saja?” gadis itu kembali bertanya,
berharap pertanyaannya membuat sahabat di sebelahnya itu mengalihkan pandangan ke
arahnya meskipun hanya sebentar. Lelaki bertubuh tinggi itu mengangguk tanpa
menoleh. Suasana kembali hening. Keduanya memilih menekuri kesibukannya
masing-masing. Yang satu melukis sedangkan satu lagi mengamati dan memilah
foto-foto yang berhasil ditangkap lensa kameranya.
Beberapa menit kemudian lukisan itu berhasil
diselesaikan bersamaan dengan adzan maghrib. Lelaki itu bergegas membereskan
semua peralatannya. Kemudian dia menghampiri sahabatnya sebelum menjalankan
ibadah sholat maghrib.
“Buat kamu.” Diulurkannya lukisan itu pada
sahabatnya. Gadis itu mengerutkan dahinya. “Ambil.” Lanjut lelaki itu. Si gadis
menerimanya dengan wajah bingung. “Disini kamu akan tahu alasanku melukis.” Pernyataan
lelaki itu membuatnya bingung sekali lagi.
“Maksudnya?” gadis itu menuntut penjelasan.
“Di lukisan itu, aku melukis mimpiku.” Ucapnya
kemudian tersenyum.
“Aku tidak mengerti.” Balas gadis itu.
“Semua lukisan yang aku buat, bercerita
tentang mimpiku. Dan lukisan yang aku berikan untukmu ini salah satu mimpi yang
ingin aku wujudkan.” Sorot mata lelaki itu menunjukkan kesungguhan. “Lihatlah
dengan hati, pasti kamu akan mengerti maksudku.” Lanjut lelaki itu.
Gadis itu mencermati lukisan di tangannya. Dalam
kanvas itu terlukis kamera dan kanvas. Sesaat kemudian gadis itu tersenyum. Dia
mengerti maksud sahabatnya. Kamera dan kanvas adalah gambaran mereka berdua.
#30dwc #30dwcjilid8 #squad2 #day18 #pelukismimpi #artis #seniman
#cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar