“Ketika kamu
mencintai seseorang, berarti kamu sudah siap menghadapi segala risikonya.”
Pernyataan itu seringkali mampir
di telingaku. Bahkan saking seringnya, sudah masuk dalam pikiran. Dan tanpa
sadar aku menerapkannya dalam hal memercayakan hatiku padamu.
Ketika aku memutuskan menitipkan
hatiku padamu, aku telah lebih dulu memikirkan segala kemungkinan. Kemungkinan
ketika kamu tak ‘melihat’ ke arahku. Kemungkinan jika kamu menjauh ketika kamu
tahu yang aku rasakan terhadapmu. Termasuk kemungkinan jika suatu saat nanti
kamu bahagia bersama dia yang bukan aku.
Namun, ada kemungkinan lain yang
tidak berani aku pikirkan. Ya, kemungkinan jika kamu merasakan hal yang sama
terhadapku. Aku tidak pernah memikirkan itu. Kamu tahu kenapa? Karena aku tidak
mau melambungkan anganku terlalu tinggi, sementara itu hanya imajinasi semu
saja.
Aku tidak mau jatuh dan terhempas
hingga akhirnya hancur berkeping-keping. Karena memunguti kepingan itu adalah
hal tersulit untuk kulakukan. Walaupun nyatanya aku masih saja mengharapmu. Ironis
bukan?
Ketika aku memercayakan hatiku
padamu, aku memilih diam. Ya, mencintaimu dalam diam. Tak ada usaha lain yang
kulakukan selain menyebut namamu dalam setiap doa yang aku rapalkan. Bercengkrama
dengan pencipta senja untuk kesekian kalinya. Karena aku sadar, aku bukan dia,
juga bukan mereka yang berani menunjukkan perasaannya pada orang-orang yang
dicintai secara terang-terangan. Aku, adalah aku yang lebih memilih bercerita
melalui aksara tentangmu yang selalu saja aku samarkan. Sambil berharap semoga
hal baik selalu menyertai kita.
12 September 2017
Pict by Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar