Suatu hari, seorang gadis kecil berjalan
riang menuju kelas. Usianya tak lebih dari lima tahun. Gadis itu menggendong
tas ransel berisi buku mewarnai dan sekotak pensil warna. Hari ini waktunya
mewarnai. Maka, dengan semangat yang menggebu, gadis itu setengah berlari masuk
ke kelas bersama teman-temannya yang lain, juga Ibu Gurunya..
Sementara mereka berdoa, terjadilah
percakapan antar pensil warna ketika anak-anak belum mulai mewarnai.
“Kita lihat, siapa di antara kita yang akan lebih dahulu dipakai untuk mewarnai.”
Si hitam berujar.
“Sudah pasti aku yang pertama akan digunakan.”
Merah dengan bangganya bersuara.
“Belum tentu. Bisa jadi aku. Karena anak
kecil selalu tertarik pada warna mencolok sepertiku.” Merah muda tidak mau
kalah.
“Tapi warnaku lebih bagus daripada kalian. Pasti
dia akan lebih tertarik menggunakanku.” Ungu menyahut.
“Hei, apa yang kalian ributkan?” si Putih
menyahut.
“Diamlah. Kamu tak akan terpilih untuk
mewarnai.” Hijau mencibirnya.
“Sudahlah, untuk apa kita ribut siapa yang
akan duluan. Kita lihat dulu gambar apa yang akan diwarnainya.” Biru muda
menengahi. Merekapun diam meskipun awalnya tidak setuju.
Gadis kecil berpita merah muda itu membuka buku
gambarnya. Di sana ada gambar alam dan pelangi. Mata gadis kecil itu
berbinar,kemudian memilih salah satu warna di sana. Ternyata warna jingga yang
dipilihnya.
“Setelah jingga, pasti aku yang dipilih.” Dengan
santai ungu berkata.
Merekapun akhirnya berdebat kembali. Menerka-nerka
tentang siapa yang akan digunakan lebih dulu. Dan juga lebih dominan dalam
penggunaannya.
“Sudahlah, tidak perlu menerka seperti itu. Semua
pasti dapat giliran untuk mewarnai gambar yang sudah disediakan.” Putih mencoba
membujuk teman-temannya yang lain. Dengan sabar merekapun menyetujui pendapat
Putih..
Warna demi warna dipilih. Kemudian gadis
kecil itu menggerakkan jemarinya yang mungil untuk mewarnai. Beberapa menit
kemudian, gambar dalam kertasnya berhasil diwarnai dengan baik. Gambar yang
tadinya hitam putih, kini menjadi lebih berwarna.
“Lihatlah, hasilnya bagus bukan?” Biru
tersenyum pada teman-temannya yang lain. “Jadi, kita tak perlu berdebat tentang
siapa yang akan didahulukan atau lebih dominan.” Lanjut Biru.
“Kamu benar Biru, untuk apa kita berdebat
seperti tadi kalau pada akhirnya kita bisa memberikan warna yang indah dengan
kolaborasi warna kita semua.” Merah tersenyum pada teman-temannya.
“Jadi, sekarang kita tidak perlu lagi
berdebat tentang itu ya teman-teman.” Putih menengahi. Semuanya setuju.
Pada dasarnya untuk menciptakan keindahan,
perlu kolaborasi antar warna. Bukan hanya satu warna yang membuatnya lebih
dominan dari warna lain. Semua warna memiliki daya tarik tersendiri dan saling
melengkapi dalam menciptakan keindahan. Begitu juga manusia, bersatu dalam
perbedaan itu akan menghasilkan keindahan dan kerukunan hidup.
14 September 2017
Pict by google.com
#30dwc #30dwcjilid8 #squad2 #day19 #pensilwarna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar