Kamis, 14 September 2017

Pensil Warna




Suatu hari, seorang gadis kecil berjalan riang menuju kelas. Usianya tak lebih dari lima tahun. Gadis itu menggendong tas ransel berisi buku mewarnai dan sekotak pensil warna. Hari ini waktunya mewarnai. Maka, dengan semangat yang menggebu, gadis itu setengah berlari masuk ke kelas bersama teman-temannya yang lain, juga Ibu Gurunya..
Sementara mereka berdoa, terjadilah percakapan antar pensil warna ketika anak-anak belum mulai mewarnai.
“Kita lihat, siapa di antara kita  yang akan lebih dahulu dipakai untuk mewarnai.” Si hitam berujar.
“Sudah pasti aku yang pertama akan digunakan.” Merah dengan bangganya bersuara.
“Belum tentu. Bisa jadi aku. Karena anak kecil selalu tertarik pada warna mencolok sepertiku.” Merah muda tidak mau kalah.
“Tapi warnaku lebih bagus daripada kalian. Pasti dia akan lebih tertarik menggunakanku.” Ungu menyahut.
“Hei, apa yang kalian ributkan?” si Putih menyahut.
“Diamlah. Kamu tak akan terpilih untuk mewarnai.” Hijau mencibirnya.
“Sudahlah, untuk apa kita ribut siapa yang akan duluan. Kita lihat dulu gambar apa yang akan diwarnainya.” Biru muda menengahi. Merekapun diam meskipun awalnya tidak setuju.
Gadis kecil berpita merah muda itu membuka buku gambarnya. Di sana ada gambar alam dan pelangi. Mata gadis kecil itu berbinar,kemudian memilih salah satu warna di sana. Ternyata warna jingga yang dipilihnya.
“Setelah jingga, pasti aku yang dipilih.” Dengan santai ungu berkata.
Merekapun akhirnya berdebat kembali. Menerka-nerka tentang siapa yang akan digunakan lebih dulu. Dan juga lebih dominan dalam penggunaannya.
“Sudahlah, tidak perlu menerka seperti itu. Semua pasti dapat giliran untuk mewarnai gambar yang sudah disediakan.” Putih mencoba membujuk teman-temannya yang lain. Dengan sabar merekapun menyetujui pendapat Putih..
Warna demi warna dipilih. Kemudian gadis kecil itu menggerakkan jemarinya yang mungil untuk mewarnai. Beberapa menit kemudian, gambar dalam kertasnya berhasil diwarnai dengan baik. Gambar yang tadinya hitam putih, kini menjadi lebih berwarna.
“Lihatlah, hasilnya bagus bukan?” Biru tersenyum pada teman-temannya yang lain. “Jadi, kita tak perlu berdebat tentang siapa yang akan didahulukan atau lebih dominan.” Lanjut Biru.
“Kamu benar Biru, untuk apa kita berdebat seperti tadi kalau pada akhirnya kita bisa memberikan warna yang indah dengan kolaborasi warna kita semua.” Merah tersenyum pada teman-temannya.
“Jadi, sekarang kita tidak perlu lagi berdebat tentang itu ya teman-teman.” Putih menengahi. Semuanya setuju.
Pada dasarnya untuk menciptakan keindahan, perlu kolaborasi antar warna. Bukan hanya satu warna yang membuatnya lebih dominan dari warna lain. Semua warna memiliki daya tarik tersendiri dan saling melengkapi dalam menciptakan keindahan. Begitu juga manusia, bersatu dalam perbedaan itu akan menghasilkan keindahan dan kerukunan hidup.

14 September 2017
Pict by google.com
#30dwc #30dwcjilid8 #squad2 #day19 #pensilwarna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar