catatan kecilku
Minggu, 24 Desember 2017
Catatan Kecil
Senja sudah berada dalam dekapan malam ketika aku selesai bersujud padaNya. Lantunan sholawat yang tadi tertangkap oleh gendang telingaku kini sudah berhenti. Aku baru saja hendak merapikan lemari buku ketika netraku mendapati sebuah buku berukuran A5. Sampulnya berwarna coklat susu bergambar bintang-bintang.
Sudah lama aku mencarinya, namun baru kali ini aku menemukannya. Tumpukan buku yang belum semuanya kubaca menutupinya. Membuatnya hilang dari peredaran dalam waktu singkat.
Perlahan, kubuka lembar pertama. Aku tersenyum membacanya. Tentang persahabatan. Ya, tentang persahabatanku dengan teman-teman kecilku yang sudah lama tak bertemu.
Sebuah catatan kecil yang berhasil membuatku terseret dalam lautan masa lalu. Kutuliskan di buku itu bahwa sahabat akan selalu ada dalam suka dan duka, dalam tangis dan tawa, dalam hati dan ingatan. Akupun tersenyum membaca goresan penaku. Membuatku rindu masa-masa itu.
Kulanjutkan membuka halaman berikutnya. Catatan kecil yang kutulis masih tetap sama, tentang persahabatanku dengan mereka. Aku suka, persahabatanku dengan mereka. Tulus, meskipun tak jarang perselisihan kecil mewarnai. Justru itulah yang membuat persahabatan kami utuh sampai saat ini.
Lembar demi lembar sudah kubuka dan kubaca isinya. Masih tetap sama, tentang persahabatanku dengan mereka. Dengan orang-orang yang mungkin memang sengaja dikirim Allah untuk menjadi sahabat dalam hidupku.
Bersama buku ini, aku kembali mengingat semua kisah tentang kita. Kisah yang sempat aku ukir dalam bentuk catatan kecil. Kisah yang membuatku tak bisa berpaling dari kalian. Kisah yang membuatku merasa nyaman menjadikan kalian rumah kedua untukku.
Kali ini aku kembali menyapa kalian dengan aksaraku. Apa kabar kalian saat ini? Sudah beberapa senja berlalu, apa kalian baik-baik saja? Aku berharap kebahagiaan yang Allah berikan selalu membersamai kita, meski sekarang kita tak lagi berkumpul bersama.
Semoga suatu saat Allah mengizinkan kita untuk bertemu lagi seperti dulu. Berkumpul bersama lagi, saling mendoakan, saling memberi semangat juga saling mengingatkan jika salah satu di antara kita ada yang sedikit meleset dari jalur yang seharusnya.
Semoga catatan kecil ini mampu mewakili hati yang sedang dirundung kerinduan.
Ruang Imaji
24 Desember 2017
#30dwcjilid10
#squad3
#day29
#catatankecil
#prosa
#cakechika
Sabtu, 23 Desember 2017
Desember
Teruntuk Desemberku..
Aku tak tahu perasaan seperti apa yang kurasakan padanya saat ini. Dia datang kemudian pergi sesuka hati. Namun hatiku masih tetap bertahan menunggunya di sini.
Untuk apa lagi?
Bukankah aku sudah berjanji, tak ada lagi yang perlu dimulai? Sedangkan janji dan harapan yang dia bawa mampu membiusku sekali lagi. Lalu aku bisa apa untuk melepaskan diri dari jerat hati yang selalu melukai?
Dia..
Di hadapannya aku lemah. Sorot matanya yang indah, secara perlahan melumpuhkan logika yang tak seharusnya mendamba. Apa yang harus aku lakukan untuk menghindar dari tatapan matanya? Sedangkan hatiku selalu berdebar setiap kali bertemu dengannya.
Ah hati...
Mengapa kau selalu seperti ini? Harus dengan cara apa lagi kau mau mendengarkan kata logika untuk berhenti mengharapkannya? Tidakkah cukup bagimu yang berkali-kali diabaikan karena dia pergi menyisakan luka? Lalu dengan seenaknya dia datang kembali, sementara kau memaafkannya begitu saja.
Ayolah...
Jangan lemah karena senyumnya. Jangan menyerah hanya karena dia berjanji tak kan meninggalkanmu lagi. Itu sudah basi. Sudah berkali-kali dia berjanji, pada akhirnya diingkari lagi. Lalu kau dengan senang hati menerimanya kembali.
Kau tahu hati? Aku ingin Desember kali ini segala rasaku untuknya usai di sini. Tak ada lagi dia, tak ada lagi tulisan untuknya. Tak ada lagi rasa tak ada lagi benci dengannya. Aku ingin mengikhlaskannya. Jadi, wahai kau hati, bisakah kau berkonspirasi dengan logika agar Desemberku kali ini tak melulu tentangnya? Jadi aku mohon berhentilah memberi kesempatan padanya. Karena aku yakin, di sana masih banyak ketulusan yang akan mendampingi ketulusanmu.
Ruang Imaji
23 Desember 2017
#30dwcjilid10 #squad3 #day28 #desember #prosa #puisi #coretanku #cakechika
Aku tak tahu perasaan seperti apa yang kurasakan padanya saat ini. Dia datang kemudian pergi sesuka hati. Namun hatiku masih tetap bertahan menunggunya di sini.
Untuk apa lagi?
Bukankah aku sudah berjanji, tak ada lagi yang perlu dimulai? Sedangkan janji dan harapan yang dia bawa mampu membiusku sekali lagi. Lalu aku bisa apa untuk melepaskan diri dari jerat hati yang selalu melukai?
Dia..
Di hadapannya aku lemah. Sorot matanya yang indah, secara perlahan melumpuhkan logika yang tak seharusnya mendamba. Apa yang harus aku lakukan untuk menghindar dari tatapan matanya? Sedangkan hatiku selalu berdebar setiap kali bertemu dengannya.
Ah hati...
Mengapa kau selalu seperti ini? Harus dengan cara apa lagi kau mau mendengarkan kata logika untuk berhenti mengharapkannya? Tidakkah cukup bagimu yang berkali-kali diabaikan karena dia pergi menyisakan luka? Lalu dengan seenaknya dia datang kembali, sementara kau memaafkannya begitu saja.
Ayolah...
Jangan lemah karena senyumnya. Jangan menyerah hanya karena dia berjanji tak kan meninggalkanmu lagi. Itu sudah basi. Sudah berkali-kali dia berjanji, pada akhirnya diingkari lagi. Lalu kau dengan senang hati menerimanya kembali.
Kau tahu hati? Aku ingin Desember kali ini segala rasaku untuknya usai di sini. Tak ada lagi dia, tak ada lagi tulisan untuknya. Tak ada lagi rasa tak ada lagi benci dengannya. Aku ingin mengikhlaskannya. Jadi, wahai kau hati, bisakah kau berkonspirasi dengan logika agar Desemberku kali ini tak melulu tentangnya? Jadi aku mohon berhentilah memberi kesempatan padanya. Karena aku yakin, di sana masih banyak ketulusan yang akan mendampingi ketulusanmu.
Ruang Imaji
23 Desember 2017
#30dwcjilid10 #squad3 #day28 #desember #prosa #puisi #coretanku #cakechika
Jumat, 22 Desember 2017
Pena dan Penghapus
Desember tanggal 22. Orang menyebut hari ini hari Ibu. Banyak foto bersama ibu terpampang di media sosial. Bahkan dilengkapi caption yang tercipta dari deretan aksara menjadi kata-kata yang indah.
Pun dengan aku. Mencoba menggoreskan pena, merangkai aksara menjadi kata-kata yang indah untuk wanita yang lebih dari dua puluh tahun yang lalu rela mempertaruhkan nyawanya demi aku. Demi memberikan kesempatan padaku untuk melihat indahnya dunia. Wanita yang kuyakini tersenyum kala mendengar tangisan pertamaku. Wanita yang tak sabar ingin memelukku di tengah rasa sakitnya. Wanita yang mampu merubah rasa sakit menjadi bahagia kala melihatku. Wanita terhebatku yang aku panggil Ibu. Namun pada kenyataannya aku gagal merangkai kata yang indah untuknya.
Penaku hanya mampu menciptakan kata-kata sederhana. Bukan puisi yang indah sepeti yang orang lain tuliskan.
Tidak. Penaku tak hanya merangkai kata untuk wanita yang rela rahimnya kutempati dulu, tapi juga untuk lelaki terhebatku. Lelaki yang rela melakukan apapun demi melihatku bahagia. Lelaki yang bekerja keras demi memenuhi semua keinginanku. Lelaki yang tak akan rela melihatku menitikkan air mata kesedihan. Lelaki yang aku sebut Ayah.
Ah Ibu, Ayah...
Apapun tentangmu selalu membuatku merasa nyaman. Memberikan rasa hangat dalam hatiku. Saat aku lelah menggoreskan pena dalam perjalanan hidupku, kalian menghapus lelahku dengan kasih sayang. Saat aku mulai putus asa dalam meraih cita, semangat kalian mengajarkanku untuk tetap berusaha. Segala bentuk kesedihan yang terukir oleh pena kehidupanku, kalian menghapusnya. Doa kalian mampu menggantikannya dengan hal-hal yang menyenangkan, agar penaku menggoreskan cerita tentang kebahagiaan.
Ibu, Ayah...
Aku tahu, aku tak pandai merangkai kata. Aku tahu, aku tak pandai mengungkapkan rasa. Dan goresan penaku ini tak mampu membalas kasih sayang yang telah kalian berikan. Namun yang pasti, aku ingin mengatakan aku sangat beruntung terlahir dari rahim Ibu dan dibesarkan oleh Ibu dan Ayah.
Rasanya, apapun yang aku lakukan belum mampu untuk membalas semua kasih sayang yang kalian berikan. Hanya doa yang mampu aku langitkan, agar Ibu dan Ayah selalu dalam lindunganNya. Semoga goresan pena sederhana ini mampu untuk mengungkapkan bahwa aku mencintai kalian.
Untuk seluruh Ibu (dan Ayah) di dunia, Selamat Hari Ibu (dan Ayah). Semoga selalu diberkahi dan dilindungi Allah. Maafkan kami, anak-anakmu yang terkadang masih membuat kalian kecewa. Terima kasih untuk kasih sayang yang tak terhingga yang tak mampu tergantikan oleh apapun di dunia.
Ruang Rasa
22 Desember 2017
#30dwcjilid10 #squad3 #day27 #prosa #puisi #untaiankata #selamathariibu #untukibudanayah #penadanpenghapus #cakechika
Rabu, 20 Desember 2017
Setoples Harapan
Aku baru saja hendak mematikan lampu kamar, menggantikannya dengan lampu tidur, ketika kudapati toples berisi bintang. Bukan bintang sungguhan, tapi bintang dari kertas origami warna-warni yang kita buat semalam. Di dalamnya berisi tulisan tangan kita.
Ya, origami bintang yang kita buat di bawah pekat yang bertaburkan bintang terang. Menggerakkan jari-jari, mengubah kertas warna-warni, sambil bercerita tentang mimpi. Tentang harapan yang melambung tinggi. Dan tentang apa saja yang membuat kita tertawa bersama.
"Lucu," kata itu terucap dari bibirmu. Bagimu itu lucu, bagiku menyenangkan. "Seperti anak kecil ya? kamu sering membuat seperti ini?" tanyamu lagi.
"Sering. Dan kamu harus mencobanya," balasku sambil tersenyum.
"Mencoba menuliskan sesuatu, kemudian melipatnya menjadi bintang dan memasukkannya ke dalam toples?" pertanyaanmu membuatku mengangguk sambil tersenyum. Dan kamupun mencobanya
Aku suka, kamu tersenyum setelahnya. Memandangi toples berisi bintang kertas itu dengan mata berbinar. Persis seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Lucu.
"Apa yang kamu tuliskan?" tanyamu lagi.
"Tentang harapan," balasku singkat membuatmu mengerutkan dahi. Tapi, aku tak berniat menjelaskannya lebih lanjut.
"Tentang harapan?" Aku menjawab pertanyaanmu dengan anggukan. Dan harapan itu lagi-lagi tentangmu. Masih sama sepeti dulu. Menuliskanmu dalam ceritaku. Karena hanya dalam tulisankulah kamu tak akan terlupakan. Maka, jangan protes jika aku masih saja bercerita tentangmu.
"Kamu, apa yang kamu tuliskan pada kertas itu?" tanyaku padamu. Kamu hanya menatapku sambil tersenyum, membuatku menerka-nerka, tapi tak ingin memaksamu menjawabnya.
Mungkin tentang aku? Tentang dia? Tentang mereka? Atau tentang kita? Ah, aku akan sangat bahagia jika kamu menuliskan tentang kita. Lebih tepatnya menuliskan harapan tentang kita. Karena aku ingin, jika harapan itu tak terwujud, setidaknya kamu pernah menuliskan harapan tentang kita.
Tahukah kamu? Diam-diam aku berdoa, agar waktu tak lekas berlalu. Agar malam tetap menahanmu bersamaku. Merajut impian dan harapan bersama. Karena aku takut, jika pagi datang, harapanku menguar begitu saja.
Aku tahu, mimpi dan harapan kita berbeda. Bahkan ada yang bertolak belakang. Bagiku, itu tidak jadi masalah. Karena setiap orang berhak memiliki mimpi dan harapan yang tak sama. Namun setidaknya, mimpi dan harapan kita berada dalam satu toples yang sama. Toples berisi bintang harapan, yang pada akhirnya kita sebut 'Setoples Harapan'.
Ruang Imaji
20 Desember 2017
#30dwcjilid10
#squad3
#day25
#origamibintang
#kertas
#coretanku
#prosa
#cakechika
Selasa, 19 Desember 2017
Bagiku
Bagiku,
rasa yang dihadirkan pemilik senja dalam hatiku untukmu adalah rasa yang
menyenangkan. Aku bisa dengan bebas memikirkanmu sepanjang waktu. Aku bisa
dengan leluasa menuliskan cerita tentangmu semauku. Menjadikanmu pemeran utama
dalam setiap ceritaku. Apapun tentangmu, bagiku adalah anugrah Tuhan yang
selalu kusebut dalam barisan doaku.
Bagiku,
rasa rindu yang dianugrahkan pemilik matahari adalah hal yang menghangatkan.
Layaknya sinar mentari yang berpendar kala pagi menyapa. Memberikan kedamaian dan
hangat yang menjalar. Membangkitkan rasa yang semakin hari semakin dalam
padamu.
Bagiku,
kamu tak ubahnya pangeran yang muncul dalam imajinasiku saat itu. Saat aku
belum tahu apa itu cinta sebenarnya. Yang aku tau, pangeran impianku akan sama
seperti pangeran dalam cerita di negeri dongeng. Dia akan hidup bahagia bersama
putri. Sungguh, imajinasi yang tak pernah berubah sampai saat ini.
Bagiku,
kamu adalah seseorang yang entah sejak kapan berhasil memenuhi ruang kosong di
hati. Menghapuskan segala pedih yang membuatku bersedih. Menutup luka yang
menganga dan menggantikannya dengan tawa ceria. Bagiku, kamu adalah sosok yang
membuatku percaya, bahwa luka bisa saja menjadi cinta.
Terima
kasih kamu, anugerah terindah yang Tuhan ciptakan untuk mengisi cerita dalam
hidupku. Pemilik rindu yang kurajut bersama harap tentangmu. Semoga kebahagiaan
yang Tuhan anugrahkan selalu membersamaimu, meski nanti bukan denganku.
Ruang
Imaji
19
Desember 2017
Pict by Pinterest
#30dwcjilid10
#squad3
#day24
#prosa
#puisi
#coretanku
#celotehanku
#cakechika
Senin, 18 Desember 2017
Sebuah Bangku
Bangku
ini, bangku taman saat mentari mulai merunduk malu-malu. Aku melihatmu duduk
diam terpaku. Siluetmu menyatu dengan senja, menciptakan pemandangan indah yang
kutangkap melalui retina. Aku penikmat senja, semakin terpikat olehnya karena
kamu ada di antaranya. Meski itu tak lama, hingga kemudian dia tenggelam dalam
pelukan malam. Dan kamu tenggelam dalam bayangan.
Kita
memang sudah cukup lama tak bertemu, namun bayangmu masih bisa kukenali dengan
sekali tatap. Kamu tetap sama. Tak ada yang berubah dari dirimu. Hanya saja, hanya
aku yang mampu melihatmu.
Bangku
ini, bangku yang pernah mendudukkan kita saat terik datang menghampiri. Ajang semesta
mempertemukan kita dalam teduh yang menenangkan. Dan tanpa sadar kita mengikuti
alur semesta, menjadikannya zona pelipuran yang nyata. Titik temu kala tenang
datang menyapa maupun gundah mulai membuncah. Titik temu kala rindu menderu.
Bangku
ini. Aku selalu bahagia acap kali mendatanginya. Teringat seulas senyum malu-malu
pernah terukir di sana. Tatap mata ragu-ragu pernah menghiasi wajah kita. Hingga
tawa riang kita menjadi pelengkap cerita. Meskipun kita hanya duduk diam
berdua, saling menemani dan melengkapi. Menikmati desau angin yang mulai
berkonspirasi dengan alam, menciptakan alunan melodi yang menenangkan. Namun itu
dulu, sebelum akhirnya kita hanya menjadi bayang dalam kenang.
Hari
ini, aku melihatmu duduk di sini. Setelah 730 hari tepatnya, tak pernah
sekalipun aku mendatangi bangku ini lagi. Aku terlalu takut jika pada akhirnya
yang kutemukan adalah kenyataan bahwasanya kamu hanya bayang semu. Namun entah
mengapa hari ini aku berada di sini. Mungkin karena rindu yang menyeretku,
menginginkan temu yang hanya denganmu. Maka, perlahan langkahku mulai bergerak
maju. Mendekat dan duduk di sampingmu. Saling menemani seperti dulu, namun tak saling
melengkapi. Dan jika aku bisa, akan kuhentikan waktu detik ini juga, namun
sayangnya aku tak mampu. Dunia kita sudah berbeda. Kamu tak mampu lagi
kusentuh. Namun doaku untukmu selalu mampu kamu rengkuh.
Ruang
Imaji
18
Desember 2017
#30dwcjilid10
#squad3
#day23
#prosa
#puisi
#coretanku
#cakechika
Minggu, 17 Desember 2017
Hai Kenangan
Hai…
Apa
kabar kenangan? Sudah lama membiarkanmu bersemayam dalam ingatan. Tak berusaha
untuk kubuka atau kusentuh kembali seperti dulu. Tak juga kupelajari mengapa
kamu ada hingga saat ini. Mungkin tanpa sadar aku telah menahanmu untuk tetap
tinggal dalam memoriku. Bagaimana kamu sekarang? Masihkah indah atau sudah
usang dimakan waktu?
Hai
kenangan…
Sampai
kapan kamu betah bertahan di sana? Menyimpan setiap deret cerita tentang dia.
Padahal, kamu sendiri tahu, dia sudah jauh berlalu. Tak akan lagi ada semua
tentangnya. Aku sudah menguburnya dalam-dalam. Namun aku lupa, masih ada kamu
yang berada dalam bagian kecil ingatanku. Baiklah, sepertinya kamu perlu tahu,
aku sudah menyebutnya masa lalu.
Aku
berhasil menetralkan rasaku padanya. Tak lagi meratapi kepergiannya bersama
pilihan hatinya. Kamu tahu mengapa? Karena mencintai diri sendiri itu perlu. Bagaimana
kita bisa mencintai orang lain, sementara diri sendiri dengan mudahnya
diabaikan? Maka, akupun tersadar, mencintai diri sendiri terlebih dulu harus
selalu ditanamkan pada diri sendiri, sebelum pada akhirnya mencintai oranglain.
Karena bagiku dulu, aku tak butuh waktu lama jatuh cinta padanya. Namun nyatanya
dia hanya menjadikanku persinggahan. Dan pada akhirnya, aku butuh waktu yang
tidak sebentar untuk mengikhlaskannya.
Hai
kenangan…
Aku
tak menyalahkannya jika dia memilihmu untuk menjadi sahabatku. Aku tahu dia
tidak benar-benar pergi. Bukan! Dia memang tidak pernah pergi, mungkin hanya
bermain sebentar. Lalu nanti jika dia sudah bosan bermain, dia akan berhenti
dengan sendirinya. Sudahlah, dia sudah menjadi kamu untuk menggantikannya menemaniku.
Kenangan…
Ini
adalah terakhir kali aku mengingatnya lagi, setelah aku benar-benar
mengikhlaskannya. Terima kasih kenangan, tanpamu aku mungkin tak akan punya
teman mengenang setelah dia berlalu. Pergilah, jika kamu ingin pergi. Aku tak
akan menahanmu untuk tetap tinggal dalam ingatanku lagi.
Ruang
Imaji
17
Desember 2017
Pict by Pinterest
#30dwcjilid10
#squad3
#day22
#prosa
#puisi
#katakata
#cakechika
Langganan:
Postingan (Atom)