Teruntuk Desemberku..
Aku tak tahu perasaan seperti apa yang kurasakan padanya saat ini. Dia datang kemudian pergi sesuka hati. Namun hatiku masih tetap bertahan menunggunya di sini.
Untuk apa lagi?
Bukankah aku sudah berjanji, tak ada lagi yang perlu dimulai? Sedangkan janji dan harapan yang dia bawa mampu membiusku sekali lagi. Lalu aku bisa apa untuk melepaskan diri dari jerat hati yang selalu melukai?
Dia..
Di hadapannya aku lemah. Sorot matanya yang indah, secara perlahan melumpuhkan logika yang tak seharusnya mendamba. Apa yang harus aku lakukan untuk menghindar dari tatapan matanya? Sedangkan hatiku selalu berdebar setiap kali bertemu dengannya.
Ah hati...
Mengapa kau selalu seperti ini? Harus dengan cara apa lagi kau mau mendengarkan kata logika untuk berhenti mengharapkannya? Tidakkah cukup bagimu yang berkali-kali diabaikan karena dia pergi menyisakan luka? Lalu dengan seenaknya dia datang kembali, sementara kau memaafkannya begitu saja.
Ayolah...
Jangan lemah karena senyumnya. Jangan menyerah hanya karena dia berjanji tak kan meninggalkanmu lagi. Itu sudah basi. Sudah berkali-kali dia berjanji, pada akhirnya diingkari lagi. Lalu kau dengan senang hati menerimanya kembali.
Kau tahu hati? Aku ingin Desember kali ini segala rasaku untuknya usai di sini. Tak ada lagi dia, tak ada lagi tulisan untuknya. Tak ada lagi rasa tak ada lagi benci dengannya. Aku ingin mengikhlaskannya. Jadi, wahai kau hati, bisakah kau berkonspirasi dengan logika agar Desemberku kali ini tak melulu tentangnya? Jadi aku mohon berhentilah memberi kesempatan padanya. Karena aku yakin, di sana masih banyak ketulusan yang akan mendampingi ketulusanmu.
Ruang Imaji
23 Desember 2017
#30dwcjilid10 #squad3 #day28 #desember #prosa #puisi #coretanku #cakechika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar