Jumat, 01 Desember 2017

Janji



Kita pernah, bersama di bawah mendung yang mulai menggelayut di kaki langit. Mengukir cerita yang mungkin itu cerita cinta. Menautkan jari kelingking merapalkan kata-kata yang kita sepakati bersama. Menengadahkan tangan sambil memejamkan mata dan diam-diam melangitkan doa. Menikmati titik-titik air yang mulai berjatuhan menerpa wajah kemudian tubuh kita. Bagiku itu menyenangkan, dan sangat menyenangkan. Hingga aku lupa bahwa setiap cerita pasti memiliki akhir. Entah itu bahagia, entah itu kecewa.

Kita pernah, tertawa bersama di bawah temaram lampu jalanan. Berjanji untuk selalu bersama, berbagi suka dan duka. Berbagi tangis dan tawa bahagia bersama. Berjanji untuk tak pernah meninggalkan dan ditinggalkan. Aku pikir itu selalu membuat kupu-kupu dalam perutku menari dengan riang. Menggelitik hingga aku mengembangkan tawa. Sesederhana itu aku mengartikan bahagia. Tapi aku lupa, setiap janji pasti ada konsekuensi.

Dan sekarang aku hanya bisa mengingatnya. Mengenang setiap kita. Mengenang canda tawa kita yang pernah ada. Semiris itukah pada akhirnya kita? Kita yang pernah menganyam tawa, melalui mesin pemintal rindu. Kita yang pernah melambungkan angan bersama melalui balon udara berisi helium mimpi. Kita yang pernah saling bertatap mata, kemudian diam-diam mencecap rindu bersama. Hingga kita yang sekarang hanya menjadi sepasang angan tak berkesudahan.

Ternyata janji yang pernah terucap, kalah oleh perasa yang biasa mencecap. Semanis itukah pemilik indera perasa itu, hingga mungkin kamu lupa akan janji yang pernah kita sepakati bersama? Sementara aku masih saja menunggu, meski tak jarang ragu berubah menjadi rindu.

Ruang Imaji
01 Desember 2017

Pict By google.com

#30dwcjilid10
#squad3
#day6
#janji
#prosa
#nulisasik
#cakechika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar