Setidaknya pertemuan kita,
pernah menjadi tulisan dalam skenario yang Tuhan ciptakan. Aku percaya Tuhan
mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Ada hal terindah yang sengaja
dianugrahkanNya padaku. Aku menyebutnya ini cinta. Benarkah seperti itu? Sepertinya
terlalu tergesa-gesa jika aku menyebutnya ini cinta. Lalu apa? Setiap bertemu
denganmu, aku tak pernah bisa berhenti memikirkanmu. Tak ingin waktu cepat
berlalu. Rasa hangat menyusup begitu saja dalam hatiku. Dan anehnya aku
menikmatinya.
Perihal mencintaimu, tak pernah
sedikitpun aku meragu. Meski aku tahu kamu selalu mengabaikanku. Tak masalah
bagiku jika kamu tak membalasnya. Apapun alasanmu aku tak peduli. Aku hanya
peduli pada rasaku sendiri. Tak mengharapkan apa-apa darimu. Aku terlalu takut
berharap. Takut jika nantinya kamu malah menjauhiku. Perkara nanti kamu
merasakannya, itu bukan urusanku sekarang. Egois? Aku rasa tidak.
Aku tak ingin berharap lebih
jauh. Apalagi memaksamu untuk ‘melihat’ rasaku. Tak bisa kupungkiri memang,
setiap kali aku memikirkanmu, dadaku semakin sesak. Ingin rasanya aku berteriak
agar kamu tak menutup mata, tapi kembali lagi kutanyakan pada hati. Untuk apa
aku berteriak, sementara aku masih bisa mendekati pencipta kita dalam doa.
Mungkin doa saja tak cukup
tanpa harus berusaha. Itu yang sering aku dengar dari mereka. Namun, usaha apa
yang bisa aku lakukan padamu selain berusaha berdoa sebaik-baiknya. Mendekati
Sang Pencipta agar suatu saat merestuinya. Karena aku percaya, dalam setiap
doa, pasti Tuhan memberitahuku caranya meluluhkan hatimu. Atau bisa saja Tuhan
memberitahuku, bahwa bukan kamu yang tercipta untukku, sehingga aku harus melupakan
rasaku padamu. Aku rasa, itu juga bagian dari skenarioNya yang dituliskan untuk
kita.
Bagiku tak mengapa, setidaknya,
pertemuan singkat denganmu waktu itu membuatku paham bahwa rasa memang tak
seharusnya dipaksakan. Merasakannya sendiri bagiku sudah cukup tanpa harus
berbagi denganmu. Kamu tak perlu memaksakan diri untuk peduli terhadap rasaku,
cukup aku saja yang peduli dengan diriku sendiri. Dan jika Tuhan memang benar tak
merestui, aku hanya butuh waktu untuk menyebutmu masa lalu.
Ruang Imaji
14
Desember 2017Pict by Pinterest
#30dwcjilid10
#squad3
#day19
#pertemuan
#skenario
#prosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar