Kamis, 14 Desember 2017

Skenario


Setidaknya pertemuan kita, pernah menjadi tulisan dalam skenario yang Tuhan ciptakan. Aku percaya Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Ada hal terindah yang sengaja dianugrahkanNya padaku. Aku menyebutnya ini cinta. Benarkah seperti itu? Sepertinya terlalu tergesa-gesa jika aku menyebutnya ini cinta. Lalu apa? Setiap bertemu denganmu, aku tak pernah bisa berhenti memikirkanmu. Tak ingin waktu cepat berlalu. Rasa hangat menyusup begitu saja dalam hatiku. Dan anehnya aku menikmatinya.

Perihal mencintaimu, tak pernah sedikitpun aku meragu. Meski aku tahu kamu selalu mengabaikanku. Tak masalah bagiku jika kamu tak membalasnya. Apapun alasanmu aku tak peduli. Aku hanya peduli pada rasaku sendiri. Tak mengharapkan apa-apa darimu. Aku terlalu takut berharap. Takut jika nantinya kamu malah menjauhiku. Perkara nanti kamu merasakannya, itu bukan urusanku sekarang. Egois? Aku rasa tidak.

Aku tak ingin berharap lebih jauh. Apalagi memaksamu untuk ‘melihat’ rasaku. Tak bisa kupungkiri memang, setiap kali aku memikirkanmu, dadaku semakin sesak. Ingin rasanya aku berteriak agar kamu tak menutup mata, tapi kembali lagi kutanyakan pada hati. Untuk apa aku berteriak, sementara aku masih bisa mendekati pencipta kita dalam doa.

Mungkin doa saja tak cukup tanpa harus berusaha. Itu yang sering aku dengar dari mereka. Namun, usaha apa yang bisa aku lakukan padamu selain berusaha berdoa sebaik-baiknya. Mendekati Sang Pencipta agar suatu saat merestuinya. Karena aku percaya, dalam setiap doa, pasti Tuhan memberitahuku caranya meluluhkan hatimu. Atau bisa saja Tuhan memberitahuku, bahwa bukan kamu yang tercipta untukku, sehingga aku harus melupakan rasaku padamu. Aku rasa, itu juga bagian dari skenarioNya yang dituliskan untuk kita.

Bagiku tak mengapa, setidaknya, pertemuan singkat denganmu waktu itu membuatku paham bahwa rasa memang tak seharusnya dipaksakan. Merasakannya sendiri bagiku sudah cukup tanpa harus berbagi denganmu. Kamu tak perlu memaksakan diri untuk peduli terhadap rasaku, cukup aku saja yang peduli dengan diriku sendiri. Dan jika Tuhan memang benar tak merestui, aku hanya butuh waktu untuk menyebutmu masa lalu.

Ruang Imaji
14 Desember 2017

Pict by Pinterest

#30dwcjilid10
#squad3
#day19
#pertemuan
#skenario
#prosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar